“Pentingnya Karyawan dalam Pembentukan Kepercayaan”
Konsumen
Terhadap Perusahaan Jasa:
(Suatu
kajian dan Proposisi)
S.
Pantja Djati
Staf
Pengajar Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen – Universitas Kristen Petra
Email:
spdjati@petra.ac.id
Erna
Ferrinadewi
Staf
Pengajar Fakultas Ekonomi – Universitas Kartini Surabaya
ABSTRAK
Karyawan
memiliki peran yang penting bagi keberhasilan organisasi. Organisasi yang
berhasil adalah organisasi yang mampu memenuhi harapan konsumen. Namun
bagaimana konsumen akan mempercayakan segala harapannya pada organisasi jasa
masih menjadi pertanyaan yang menarik untuk dijawab. Berbagai riset trdahulu
membuktikan bahwa kepercayaan merupakan kunci untuk mempertahankan hubungan jangka
panjang antara organisasi dengan konsumen. Dalam kajian ini kami
memproposisikan bahwa dimensi karyawan berperan dalam membentuk kepercayaan
konsumen trhadap organisasi khususnya dalam bidang jasa.
Kata kunci : jasa,
karyawan, kepercayaan.
PENDAHULUAN
Jasa
merupakan bidang industri yang unik. Dikatakan unik karena bidang ini memiliki
ciri khas yang membedakannya dengan bidang industri manufaktur. Keunikan paling
nyata ada pada sifatnya yang tidak menimbulkan perpindahan kepemilikan. Dalam
transaksi jasa, perpindahan kepemilikan tidak terjadi, yang terjadi adalah
penambahan nilai. Penambahan nilai dalam industri jasa merupakan masalah utama
karena proses pertukaran atau transaksi dikatakan berhasil ketika semua pihak
yang terlibat dalam proses tersebut mendapatkan sesuatu yang sesuai dengan
pengorbanannya. Inti dari pertukaran adalah mengorbankan sesuatu untuk
memperoleh yang lain, diharapkan apa yang diperoleh melebihi yang dikorbankan.
Perbedaan organisasi jasa dan manufaktur terletak pada peran manusianya atau
karyawannya. Sifat jasa yang inseparability dimana produksi dan konsumsi
dilakukan secara bersamaan membuat interaksi yang terjadi antara karyawan
dengan konsumen selama proses transfer jasa menjadi sangat berpengaruh terhadap
persepsi konsumen pada kualitas jasa (Bitner, Booms dan Mohr, 1994 ; Grõnroos,
1982; Hartline dan Ferrel, 1996; Surprenant dan Solomon, 1987) dan ini membuat
karyawan berperan penting dalam proses jasa (Herrington dan Lomax, 2003) bahkan
karyawan sering dipersepsi sebagai jasa itu sendiri (Shostack, 1977).
Pada
usaha perbankan misalkan nasabah tidak kehilangan uangnya ketika ia
menyimpannya di bank atau pada usaha bengkel, konsumen tidak kehilangan
kendaraan bermotornya ketika diserahkan pada petugas bengkel, melainkan konsumen
meminta agar penyedia jasa menambah nilai barang yang dimilikinya.
Kajian
berikut bermaksud untuk membahas pentingnya peran sumber daya manusia dalam
upaya pembentukan kepercayaan konsumen terhadap penyedia jasa. Selanjutnya
kajian akan dimulai dari pembahasan mengenai peran manusia dalam industri jasa,
kemudian dilanjutkan dengan eksplorasi konsep kepercayaan dan terakhir adalah
pembahasan peran karyawan dalam upaya pembentukan kepercayaan konsumen.
MANUSIA DALAM
INDUSTRI JASA
Secara
definisi, jasa adalah aktivitas yang memiliki elemen tidak berbentuk yang
melibatkan interaksi dengan pelanggan atau dengan sesuatu yang dimiliki
pelanggan, namun tidak mengakibatkan perpindahan kepemilikan
(Payne,1993:164-165) Proses pertukaran yang terjadi dalam bidang ini berbeda
dengan bidang manufaktur meskipun terdapat kesepakatan diantara kedua pihak
yang terlibat dalam proses tersebut untuk menyerahkan miliknya yang berharga
(konsumen) demi mendapatkan sesuatu dari produsen namun ciri khas yang penting
disini adalah tidak terjadi perpindahan kepemilikan. Oleh karena tanpa adanya
perpindahan kepemilikan maka yang menjadi pusat perhatian dalam proses ini
adalah pada kualitas interaksi antara karyawan dan pelanggan yang terjadi.
Jasa
berbeda dengan usaha manufaktur. Proses transaksi jasa nyaris sepenuhnya
dihantarkan oleh manusia. Bahkan ada beberapa bidang jasa yang memerlukan
keterlibatan pelanggan dalam proses transfer jasa. Bila keberhasilan usaha
manufaktur dinilai dari kemampuan produk yang dihasilkan dalam memuaskan
konsumen maka dalam industri jasa keberhasilan kinerja diukur melalui kualitas
hubungan interaksi antara karyawan dengan pelanggan. Responsiveness, Assurance
dan Emphaty merupakan dimensi-dimensi manusia yang digunakan untuk mengukur
keberhasilan penyedia jasa memenuhi harapan konsumen (Scot, 1998) merupakan
indikasi betapa pentingnya elemen manusia dalam usaha jasa.
Interaksi
yang sukses dapat tercipta bila proses dibelakangnya mendukung aktivitas ini. Artinya,
peran karyawan front-liner hanya akan memberikan nilai yang maksimal
bagi pelanggan ketika karyawan pada departemen lainnya memberikan layanan yang
maksimal pula pada karyawan front liner. Kinerja front liner yang
zero defect merupakan tujuan akhir yang hendak dicapai organisasi
(Bitner, Booms dan Mohr, 1994). Dapat dikatakan bahwa karyawan di departemen
tertentu dalam organisasi jasa merupakan pelanggan internal bagi departemen lainnya
dan mempengaruhi hubungan dengan pelanggan eksternal (Liljander, 2000).
Aspek penting manusia dalam bauran pemasaran jasa adalah pada perbedaan peran manusia dan frekuensi interaksinya dengan karyawan. Judd (1987) mengembangkan skema yang didasarkan pada frekuensi interaksi antara karyawan dengan pelanggan menjadi 4 kelompok
Aspek penting manusia dalam bauran pemasaran jasa adalah pada perbedaan peran manusia dan frekuensi interaksinya dengan karyawan. Judd (1987) mengembangkan skema yang didasarkan pada frekuensi interaksi antara karyawan dengan pelanggan menjadi 4 kelompok
yakni :
1. Contractor
Kelompok ini merupakan
kelompok karyawan yang relatif sering berinteraksi dengan konsumen dan terlibat
langsung dalam bauran pemasaran yang konvensional misalkan bagian penjualan
atau customer service
2. Modifiers
Kelompok ini
merupakan kelompok karyawan yang relatif sering berinteraksi dengan konsumen
dan menggunakan bauran pemasaran
3. Influencers
Kelompok
karyawan yang terlibat dalam bauran pemasaran tadisional dan tidak sering
berinteraksi dengan karyawan. Misalkan karyawan yang terlibat dalam
pengembangan produk baru.
4. Isolateds
Kelompok
karyawan yang melaksanakan fungsi-fungsi pendukung dan tidak berinteraksi dengan
karyawan.
Meninjau
konsumen sebagai titik akhir dari semua aktivitas jasa maka terdapat perbedaan yang
cukup signifikan dalam peran dan kedudukan kosnumen antara perusahaan jasa dan manufaktur.
Bila dibandingkan dengan organisasi manufaktur, konsumen hanyalah merupakan penonton
dalam proses produksinya sementara dalam organisasi jasa dimana sifat
kegiatannya mendapat sebutan sebagai game between persons, maka konsekuensinya
dalam organisasi jasa pertemuan antara karyawan dengan konsumen lebih besar
kemungkinannya dibandingkan pada organisasi manufaktur (Bowen, 2002).
Perbedaan
peran, baik peran karyawan maupun peran konsumen dapat membentuk
diferensiasi antara
organisasi jasa yang satu dengan organisasi jasa yang lain. Diferensiasi ini
menjadi suatu
nilai tambah bagi konsumen. Pada beberapa jenis jasa, diperlukan keterlibatan
konsumen baik
secara fisik maupun mental dalam proses pertukaran yang terjadi dan
diferensiasi menjadi sesuatu yang bernilai tinggi bagi konsumen yang terlibat
dalam intensitas yang tinggi.
Sumber : V.C. Judd.
“Differentiation with 5th, Industrial
Marketing Management,
vol. 16, 1987 pp. 241 - 247
Gambar 1. Peran Karyawan dalam Usaha
Jasa
KEPERCAYAAN DALAM INDUSTRI JASA
Deutsch (1973)
mendefinisikan kepercayaan sebagai keyakinan suatu pihak akan
menemukan apa yang diinginkan
dari pihak lain bukan apa yang ditakutkan dari pihak lain.
Mayer, Davis dan Schoorman (1995)
setuju bahwa kepercayaan adalah kemauan dari salah satu
pihak untuk menjadi tidak berdaya
(vulnerable) atas tindakan pihak lainnya. Sementara Barney
dan Hansen (1994) berpendapat
bahwa kepercayaan merupakan keyakinan mutual dari kedua
pihak bahwa diantara keduanya tidak
akan memanfaatkan kelemahan pihak lain. Costabile
(1998) kepercayaan atau trust
didefinisikan sebagai persepsi akan keterhandalan dari sudut
pandang konsumen didasarkan pada
pengalaman, atau lebih pada urut-urutan transaksi atau
interaksi yang dicirikan oleh
terpenuhinya harapan akan kinerja produk dan kepuasan. Brand
trust akan mempengaruhi kepuasan
konsumen (Hess, 1995; Selnes 1998) dan loyalitas (Morgan
dan Hunt, 1994).
Secara umum baik
bagi industri jasa maupun manufaktur, dasar dari hubungan jangka
panjang dengan konsumen ada pada
kepercayaan konsumen terhadap perusahaan. Kepercayaan
merupakan sari dari kompleksitas
hubungan antar manusia. Konsep ini mewakili komponen
hubungan kualitas yang berpusat
pada masa depan. Kepercayaan dapat dikatakan eksis ketika
ada kerelaan konsumen untuk
bersandar sepenuhnya pada perilaku perusahaan dimasa depan
(Bruhn,2003:65).
Kredibilitas
adalah kemampuan merek atau produk untuk memenuhi syarat-syarat pertukaran
dalam bentuk kinerja yang diharapkan. Nilai kredibilitas ini sangat ditentukan
oleh dalamnya pengalaman konsumen akan kemampuan merek dalam memuaskan
kebutuhan konsumen. Integritas merupakan motivasi konsumen untuk setia pada
merek atau produk sesuai dengan syarat-sayarat dalam pertukaran. Kebaikan merupakan
kebijakan jangkan panjang konsumen yang mempertimbangkan kepentingan konsumen.
Ketiga komponen kepercayaan inipun dapat digunakan pula dalam bidang jasa
karena jasapun melibatkan pertukaran yang resikprokal meskipun tidak
menimbulkan perpindahan kepemilikan namun sebatas pada penambahan nilai saja.
PERAN KARYAWAN DALAM PEMBENTUKAN
KEPERCAYAAN
Berdasarkan
beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa kepercayaan melibatkan
pandangan konsumen akan resiko
yang terlibat dalam proses pertukaran, sehingga dapat juga
dikatakan bahawa kepercayaan
merupakan persepsi konsumen.
Persepsi
terbentuk dari stimulus seperti pendengaran, penciuman, pandangan, sentuhan dan
lainnya (Carlson et. al.,1997) yang kemudian diberi makna tertentu oleh
konsumen. Dapat
dikatakan sumber terbentuknya
kepercayaan ini ada pada proses mental konsumen dalam hal ini
persepsi dan pembelajaran.
Meninjau faktor
pemasaran yang saat ini telah mengarah pada kepentingan konsumen, fokus
kegiatan pertukaran saat ini ada pada kepuasaan dan loyalitas konsumen. Bauran
pemasarandalam hal ini produk yang diwakili oleh atributnya, seperti kualitas,
fitur, desain dapat menjadi stimulus yang berharga dalam pembentukan persepsi
konsumen akan kehandalan produk
(Ferrinadewi & Darmawan,
2004:25). Bila ditinjau dari perspektif jasa, maka elemen pentingnya adalah
manusia. Elemen ini memberikan perbedaan yang signifikan antara bidang jasa dan
bidang manufaktur (Ferrinadewi & Djati, 2004), karena itu elemen kunci pada
pemasaran jasa adalah pada interaksi antara karyawan dengan konsumen (Czepiel,
1990)
Beberapa proses yang diperlukan
untuk menumbuhkan kepercayaan adalah (Doney &
Canon,1997 dalam, Bruhn, 2003:65)
:
Ø Proses yang
terkalkulasi
Menurut proses ini pihak tertentu
yakin pada perilaku positif pihak lain ketika manfaat dari
perilaku negatif pihak yang sama
memiliki konsekuensi biaya yang lebih rendah.
Ø Proses prediktif
Kepercayaan menurut proses ini
sangat bergantung pada kemampuan pihak tertentu untuk
mengantisipasi perilaku pihak
lainnya.
Ø Proses kemampuan
Proses ini berkaitan erat dengan
perkiraan kemampuan pihak lain dalam memenuhi
kewajibannya.
Ø Proses intensi
Menurut proses ini kepercayaan
didasarkan pada tujuan dan intensi pihak lain.
Ø Proses transfer
Kepercayaan menurut proses ini
mengacu pada penilaian pihak lain diluar pihak-pihak yang
terlibat dalam proses transfer.
Mengacu pada
pada beberapa jenis proses diatas terdapat persamaan penting didalamnya
yakni bahwa proses penumbuhan
kepercayaan membutuhkan kemampuan mengantisipasi
perilaku pihak lain dalam
hubungan konsumen-produsen. Seperti telah disebutkan sebelumnya
bahwa kesuksesan karyawan lini
depan dalam menghantarkan jasa yang ditawarkan sangat
ditentukan oleh hubungan
pertukaran internal antar bagian dalam perusahaan. Kenyataannya ini
mendorong kami untuk mengajukan
proposisi bahwa empat dimensi manusia dalam jasa
merupakan variabel kunci dalam
penciptaan kepercayaan konsumen pada bidang jasa.
Bagaimana
karyawan tanggap akan kesulitan yang dihadapi konsumen jauh sebelum
konsumen mengungkapkan
kesulitannya pada penyedia jasa membuat kepercayaan konsumen
akan kehandalan penyedia jasa
tumbuh. Demikian pula bagaimana karyawan memiliki empati
pada kesulitan konsumen akan
mendorong perasaan terjamin bahwa penyedia jasa akan mampu
memberi solusi bagi kesulitan
tersebut. Proposisi ini secara grafik sederhana dapat digambarkan sebagai
berikut :
Proposisi
Pengaruh Elemen Manusia dalam Upaya Penciptaan Kepercayaan dalam Bidang Jasa.
Gambar diatas
menggambarkan bahwa elemen manusia dalam bidang jasa yang diwakili
oleh empat dimensi tersebut
berperan sebagai stimulus yang saling berkaitan satu dengan
lainnya dalam upaya menciptakan
rasa percaya konsumen terhadap kinerja perusahaan jasa.
Selanjutnya proposisi kami ini
akan diuji pada penelitian kami selanlanjut.
KESIMPULAN
Kepercayaan
dalam usaha jasa merupakan hal yang penting terutama pada jasa yang
memiliki interaksi yang tinggi
dengan konsumen. Tanpa rasa percaya konsumen akan kinerja
jasa perusahaan maka sulit bagi
perusahaan untuk memiliki konsumen yang memiliki komitmen
mendalam dengan konsumen. Ketika
perusahaan memiliki konsumen dengan komitmen yang
tinggi maka boleh dikatakan
perusahaan jasa tersebut memiliki kemampuan yang signifikan
untuk bertahan dalam pasar yang
terus berubah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Delgado-Balester, Elena, Jose
Luis Munuera-Aleman dan Maria Jesus Yague-Guillen, 2003,
Development and Validation of A
Brand Trust Scale , International Journal of Market
Research, vol. 45
Quarter 1, p. 35-53
Bruhn, Manfred, 2003, Relationship
Marketing: Management of Customer Relationships,
Prentice Hall, England
Carlson, Neil R., William Buskist
& Neil Martin, 1997, Psychology; the Science of Behavior,
Prentice Hall, Italy
Chow, Simeon dan Holden, Reed,
1997, “Toward An Understanding Of Loyalty: The
Moderating Role Of Trust”, Journal
of Managerial Issues, Vol. IX no. 3, p. 275-298
Czepiel, John A. (1990),
“Services Encounter and Services Relatioships”, Journal of Business
Research, vol. 20 (1) p.
13 – 21
Ferrinadewi, Erna dan Panjta
Djati. 2004. Upaya Mencapai Loyalitas Konsumen dalam
Perspektif Sumber Daya Manusia ,
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, vol. 6, Maret,
pp. 15-26.
Ferrinadewi, Erna dan Didit
Darmawan. 2004. Perilaku Konsumen: Analisis Model Keputusan,
Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.
Guenzi, Paolo dan Ottavia
Pelloni. 2003. Interpersonal Relationship and Customer Loyalty: A
Comprehensive
Model and Empirical Investigation, paper, Instituto di Economia e
Gestione delle Impresse,
Universita Commerciale Luigi Bocconi, Millano, Italy.
Gurviez, Patricia dan Korchia,
Michael, 2003, Proposal for a Multidimensional Brand Trust
Scale, 32nd Emac-Conference-Glasgow,
Marketing: Responsible and Relevant ?
Grõnroos, Christian. 1982
“Strategic Management and Marketing in The Services Sector”,
Helsingfor: Swedish School of
Economic and Business Administrations.
Hartline, Michael D. dan O.C.
Ferrel, 1996. “The Management of Customer Contact Services
Employees : An Empirical
Investigation “, Journal of Marketing, Vol. 69 ( Oktober ), p.
52 – 70.
Herrington, Guy dan Wendy Lomax,
1999. Do Satisfied Employee Make Customer Satisfied ? :
An Investigation
Relationship Between Services Employee Job Satisfaction and
Customer
Perceveid Service Quality, Paper, Kingstone Business School Occasional
Paper Series 34.
Lemmink, Joseph dan Jan Mattsson,
2003. “Employee Behavior, Feelings of Warmth and
Customer Perception in Service
Encounters,” International Journal of Retail &
Distribution
Management,
Vol. 30, No. 1.
Shostack, G. Lyn, 1977. ”Breaking
Free From Product Marketing“, Journal of Marketing, Vol.
41 (April), p. 73 – 80.
Suprenant, Carol. F dan Michael
R. Salomon, 1987. “Predictability and Personalization in The
Service Encounter”, Journal of
Marketing, Vol. 51 (April) p. 86 – 96.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar